KEBERADAAN NYANYIAN UNGUT-UNGUT DALAM HORJA SILULUTON PADA ETNIK BATAK ANGKOLA
Kata Kunci:
Ungut-Ungut, Horja Siluluton, Batak Angkola, Musik Vokal Tradisional, Pelestarian BudayaAbstrak
Penelitian ini mengeksplorasi keberadaan dan makna mendalam dari nyanyian tradisional Ungut-Ungut dalam pelaksanaan Horja Siluluton (duka) masyarakat Batak Angkola di Tapanuli Selatan. Ungut-Ungut merupakan bentuk ekspresi vokal yang dilakukan secara solo dengan nuansa melankolis dan kontemplatif, digunakan sebagai media untuk menyampaikan rasa kehilangan, penghormatan kepada leluhur, serta penguatan nilai-nilai moral dan adat. Tradisi ini sarat dengan nilai estetika dan filosofis yang menjadikannya bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana komunikasi sosial dan spiritual. Namun, modernisasi, perubahan gaya hidup, dan kurangnya regenerasi pelaku tradisi telah menyebabkan nyanyian ini mengalami kemunduran signifikan dan terancam punah. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini memanfaatkan observasi langsung dalam upacara adat dan wawancara dengan tokoh adat serta pelaku budaya untuk mengungkap dinamika pelestarian Ungut-Ungut. Hasilnya menunjukkan bahwa nyanyian ini memiliki fungsi ritual, sosial, dan pedagogis yang kuat. Selain sebagai alat pelipur lara, Ungut-Ungut berperan sebagai mekanisme kolektif dalam memproses duka dan mempererat solidaritas komunitas. Nilai-nilai seperti keikhlasan, kesabaran, dan penghormatan terhadap leluhur disampaikan melalui lirik-lirik yang disusun secara spontan dalam bahasa Batak Angkola. Pelestarian tradisi ini menjadi urgen, terutama melalui integrasi dalam pendidikan lokal, dokumentasi digital, serta pelibatan aktif generasi muda. Dengan langkah-langkah tersebut, Ungut-Ungut dapat terus hidup sebagai simbol identitas budaya yang autentik dan sebagai warisan takbenda yang membentuk karakter masyarakat Batak Angkola.
This research explores the significance and survival of the Ungut-Ungut traditional song within the mourning ritual known as Horja Siluluton among the Batak Angkola people in South Tapanuli. Ungut-Ungut is a form of solo vocal performance characterized by slow, melancholic melodies, used as a medium to express grief, honor ancestors, and convey moral and cultural values. Far beyond a mere musical form, this tradition embodies deep aesthetic, emotional, and philosophical meanings, functioning as a vehicle for social and spiritual communication. Unfortunately, the advent of modernization, lifestyle shifts, and lack of generational transmission have led to its decline and endangerment. Employing a qualitative descriptive method, this study is based on field observations during traditional ceremonies and in-depth interviews with cultural practitioners and community elders. The findings reveal that Ungut-Ungut plays a crucial role not only in ritual expression but also as a means of emotional solidarity, social cohesion, and informal moral education. It enables the community to process grief collectively and fosters intergenerational continuity through symbolic storytelling in the Batak Angkola language. Efforts to preserve this heritage must involve systematic documentation, integration into educational frameworks, and youth engagement to ensure its transmission. Such strategies are essential for safeguarding Ungut-Ungut as an intangible cultural legacy and maintaining its role as a marker of Batak Angkola identity in a rapidly changing cultural landscape.