ANALISIS KOLOKASI DAN SET MEDAN MAKNA DALAM PUISI KEKASIH LAHIR DARI DUKA DERITA 1991 KARYA EMHA AINUN NADJIB

Penulis

  • Ihsanul Faylindra Universitas Hasyim Asy'ari
  • Az Zahra Dara Funna Hamdani Universitas Hasyim Asy'ari
  • Najma Syakira Junior Basae Universitas Hasyim Asy'ari
  • Eka Amelia Safitri Universitas Hasyim Asy'ari

Kata Kunci:

Kolokasi, Set Makna, Semantik, Puisi, Emha Ainun Nadjib

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kolokasi dan set dalam medan makna pada puisi Kekasih Lahir dari Duka Derita karya Emha Ainun Nadjib dengan pendekatan semantik kualitatif. Kolokasi merujuk pada relasi sintagmatik atau keterkaitan kata-kata yang sering muncul bersama secara berurutan, sedangkan set menunjukkan relasi paradigmatik atau kelompok kata yang dapat saling menggantikan dalam konteks makna tertentu. Data berupa bait-bait puisi dianalisis dengan mengidentifikasi kata-kata kunci dan kelompok leksikalnya berdasarkan konteks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Emha membangun kekuatan puisi melalui diksi yang tidak hanya puitis, tetapi juga padat makna, dengan kolokasi seperti duka derita, kembang mekar, dan pinjamkan keteguhanMu, serta set seperti tiba–datang–sampai dan lakon–peran–tokoh. Temuan ini menunjukkan bahwa struktur semantik dalam puisi tersebut membentuk jejaring makna yang saling menguatkan secara tematik maupun estetis. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis semantik dapat digunakan secara efektif dalam kajian sastra, khususnya untuk memahami kedalaman makna dalam puisi religius modern.

This study aims to analyze collocations and semantic field sets in the poem Kekasih Lahir dari Duka Derita (A Lover Born of Grief and Suffering) by Emha Ainun Nadjib using a qualitative semantic approach. Collocation refers to syntagmatic relations—words that frequently appear together in sequence—while sets refer to paradigmatic relations, namely groups of words that can substitute for each other within a given context. The data, taken from selected stanzas of the poem, were analyzed by identifying key lexical items and their semantic groupings. The results show that Emha constructs poetic strength through diction that is both aesthetically rich and semantically dense, such as in the collocations duka derita (grief and suffering), kembang mekar (blooming flower), and pinjamkan keteguhanMu (lend them Your firmness), as well as sets like tiba–datang–sampai (arrive–come–reach) and lakon–peran–tokoh (role–character–figure). These findings reveal that the semantic structure of the poem forms an interconnected network of meaning that reinforces its thematic and aesthetic depth. This study demonstrates that semantic analysis can be effectively applied in literary studies, particularly in exploring the layered meanings of modern religious poetry.

Unduhan

Diterbitkan

2025-06-29