KEBIJAKAN ATURAN SEKOLAH DAN TINDAKAN PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK
(Studi Kasus SMP Negeri 6 Bojonegoro, Kab. Bojonegoro)
Kata Kunci:
Perilaku Menyimpang, Peraturan Sekolah, Kebijakan, SiswaAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kebijakan sekolah dan perilaku menyimpang siswa di SMPN 6 Bojonegoro berhubungan satu sama lain. Meningkatnya kasus pelanggaran disiplin seperti keterlambatan, bolos, perkelahian, dan penggunaan gawai yang tidak sesuai selama proses pembelajaran adalah latar belakang penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku menyimpang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ini termasuk kurangnya pemahaman dan penegakan aturan sekolah, kurangnya pengawasan dari orang tua dan sekolah, dan pengaruh lingkungan sosial seperti teman sebaya. Penelitian ini menemukan bahwa keberhasilan kebijakan sekolah sangat bergantung pada implementasi yang konsisten dan partisipasi aktif setiap bagian sekolah dalam membentuk budaya disiplin. Karena itu, Diperlukan kerja sama antara guru, siswa, dan orang tua untuk mencegah pelanggaran dan menciptakan lingkungan belajar yang baik. Perilaku menyimpang yang ditunjukkan dengan perilaku agresif di kalangan remaja, khususnya di sekolah menengah dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari jumlahnya maupun variasi bentuk perilaku menyimpang yang dimunculkan. Banyak kasus yang menandai perilaku menyimpang di kalangan remaja. Ada beberapa faktor yangmemperngaruhi kedisiplinan, yaitu Diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan teman. Observasi menunjukkan bahwa faktor internal dan eksternal sangat memengaruhi perilaku siswa di sekolah. Lingkungan rumah yang tidak mendukung, pergaulan bebas, serta kurangnya bimbingan spiritual menjadi penyebab utama siswa melanggar aturan. Perilaku menyimpang siswa di sekolah merupakan masalah kompleks yang disebabkan oleh banyak faktor, terutama kurangnya perhatian dari keluarga. Perilaku menyimpang siswa tersebut disebabkan oleh faktor internal berupa gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja, gangguan emosional/perasaan, dan keimanan-religiusitas yang kurang kuat, dan faktor eksternal berupa faktor keluarga yang tidak utuh.
This study aims to see how school policies and student deviant behavior at SMPN 6 Bojonegoro relate to each other. The increasing cases of disciplinary violations such as lateness, truancy, fights, and inappropriate use of gadgets during the learning process are the background of this study. This study uses a qualitative approach that uses observation, interviews, and documentation to collect data. The results of the study indicate that most student deviant behavior is influenced by several factors. These include lack of understanding and enforcement of school rules, lack of supervision from parents and schools, and the influence of the social environment such as peers. This study found that the success of school policies is highly dependent on consistent implementation and active participation of each part of the school in forming a culture of discipline. Therefore, cooperation between teachers, students, and parents is needed to prevent violations and create a good learning environment. Deviant behavior shown by aggressive behavior among adolescents, especially in high schools, has increased from year to year, both in terms of number and variety of forms of deviant behavior that appear. Many cases indicate deviant behavior among adolescents. There are several factors that influence discipline, namely Self, family, environment, and friends. Observations show that internal and external factors greatly influence student behavior at school. An unsupportive home environment, free association, and lack of spiritual guidance are the main causes of students breaking the rules. Deviant behavior of students at school is a complex problem caused by many factors, especially lack of attention from the family. The deviant behavior of students is caused by internal factors in the form of impaired thinking and intelligence in adolescents, emotional/feeling disorders, and weak faith-religiosity, and external factors in the form of an incomplete family factor.