MENGATASI KRISIS EPISTEMOLOGIS DAKWAH: PENDEKATAN INTEGRATIF HABERMAS, BOURDIEU, DAN GIDDENS SEBAGAI MODEL ANALISIS DAKWAH DIALOGIS DALAM ERA DIGITAL
Kata Kunci:
Dakwah, Habermas, Bourdieu, Giddens, Digital, Epistemologi KritisAbstrak
Dakwah Islam kontemporer menghadapi krisis epistemologis ketika praktiknya cenderung repetitif, monologis, dan kurang reflektif terhadap kompleksitas sosial modern. Model dakwah normatif yang dominan sering gagal menjawab tantangan ruang publik digital yang ditandai pluralitas audiens, fragmentasi otoritas, dan mediasi teknologi. Penelitian ini bertujuan menganalisis relevansi teori sosial kritis Habermas, Bourdieu, dan Giddens dalam membangun kerangka dakwah dialogis yang partisipatif dan transformatif. Secara khusus, penelitian ini mengkaji bagaimana rasionalitas komunikatif Habermas dapat memperkuat paradigma dakwah deliberatif; bagaimana konsep habitus, modal, dan arena dari Bourdieu menjelaskan legitimasi otoritas dakwah; serta bagaimana teori strukturasi Giddens merefleksikan dialektika agen dan struktur dalam praktik dakwah digital. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif berbasis kajian literatur kritis dengan pendekatan analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis). Data diperoleh dari literatur primer (Habermas, Bourdieu, Giddens) dan sekunder (artikel Scopus/WoS terkait dakwah digital, komunikasi Islam, dan teori sosial kritis). Analisis dilakukan melalui integrasi konseptual untuk membangun kerangka teoretis baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi ketiga teori tersebut menghasilkan model dakwah sebagai arena dialogis-reflektif, di mana agen (dai dan jamaah) berinteraksi secara deliberatif, legitimasi otoritas ditentukan oleh modal simbolik, dan struktur sosial-digital ikut membentuk serta direproduksi melalui praktik dakwah. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa revitalisasi epistemologi dakwah melalui pendekatan integratif Habermas, Bourdieu, dan Giddens membuka horizon baru bagi pengembangan ilmu dakwah. Secara teoretis, kontribusi ini memperkaya kajian dakwah dengan perangkat analisis sosial kritis; secara praktis, ia memberikan alternatif strategi dakwah yang lebih partisipatif, inklusif, dan relevan dengan era digital.


