ANALISIS JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) 380/220 VOLT GARDU DISTRIBUSI PT.PLN (PERSERO) ULP TANAH JAWA
Kata Kunci:
Jatuh Tegangan Jaringan Tegangan Rendah, Gardu DistribusiAbstrak
Salah satu syarat keandalan sistem penyaluran tenaga listrik yang harus dipenuhi untuk pelayanan kepada konsumen adalah mutu tegangan yang baik dan stabil. Sebagian besar beban memiliki faktor daya tertinggal dan pada dasarnya pada saat beban puncak, daya reaktif yang dibutuhkan beban bertambah dan dapat lebih besar dari yang dibangkitkan oleh sistem. Perubahan tegangan pada dasarnya disebabkan oleh hubungan antara tegangan dan daya reaktif. Jatuh tegangan pada suatu penghantar sebanding dengan daya reaktif yang mengalir pada penghantar tersebut. Dalam kurun waktu ± 2 tahun (2022-2024), penambahan beban yang cukup signifikan pada gardu distribusi khususnya PT.PLN (Persero) Tanah Jawa tidak memperhitungkan luas penampang penghantar. Hal ini berdampak pada konsumen, dimana terjadi selisih antara tegangan awal (220 V) dengan tegangan akhir (211 V) dengan panjang penghantar ± 1,95 km, pengaturan tegangan yang terjadi pada sambungan rumah saluran ini sebesar 1,6%. Hasil perhitungan aliran daya (load flow) dengan menggunakan kabel kanal AAAC 25 mm2 dan 16 mm2, terjadi jatuh tegangan sebesar 2,86 ÷ 3,52 Volt pada semua bus, regulasi tegangan untuk semua bus di atas 1%. Berdasarkan (SPLN No. 56-1, 1993), toleransi jatuh tegangan pada sambungan rumah (SR) yang diperbolehkan adalah 1% dari tegangan nominal, dengan demikian semua node atau bus telah melampaui batas toleransi maksimum yang diizinkan. Hasil perhitungan aliran daya (load flow) setelah penggantian menggunakan kabel kanal AAAC 35 mm2 dan SR 25 mm2, terjadi jatuh tegangan sebesar 0,22 ÷ 0,3 Volt pada semua bus, regulasi tegangan untuk semua bus di bawah 1%.