MAHASISWI DALAM JERAT PEKERJAAN SEKS KOMERSIAL (KETIKA PENDIDIKAN MENCERMINKAN KELANGSUNGAN HIDUP TRANSAKSIONAL)

Penulis

  • Dahlia Rahma Muhajir Nainggolan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Sakila Salwa Habiba Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Fa Aisyah Nura Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Dhea Ananda Kurniawan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Hany Hafizhah Putri Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Chalisa Salsabila Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  • Nurhayati Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Kata Kunci:

Perempuan, Seks, Pendidikan, Moral

Abstrak

Dalam panjangnya waktu yang manusia habiskan demi ilmu, ada kalanya ketidakadilan terus berpihak. Fakta mengenai gelapnya dunia Pendidikan dan akademisi tidak lagi harus ditutupi. Sudah saatnya keterbukaan mengenai dunia Pendidikan sehingga mampu menghasilkan kritik sosial yang berkualitas. Parameter ketidakadilan dalam dunia Pendidikan menurut filsuf Aristoteles berada pada sumber daya Pendidikan. Namun tidaklah mampu membohongi indra, bahwa tidak ada jaminan mutlak bagi setiap manusia untuk mendapat Pendidikan yang layak. Sehingga beberapa hal harus dilanggar demi gelar, gaji, atau sebongkah nilai. Adat mampu mengintimidasi alasan-alasan yang digunakan untuk melencengkan kebenaran. Fenomena sensitif ini tidak bisa luput dari pandangan akademisi. Komoditas yang merajalela jelas harus mendapat kritikan yang layak.

In the long time that humans have spent for knowledge, there are times when injustice continues to side. The fact about the darkness of the world of education and academics must no longer be covered up. It is time for openness about the world of education so that it can produce quality social criticism. The parameters of injustice in the world of education according to the philosopher Aristotle are in educational resources. However, it is not able to lie to the senses, that there is no absolute guarantee for every human being to get a decent education. So some things must be violated for the sake of a title, salary, or a lump of value. Custom is able to intimidate the reasons used to distort the truth. This sensitive phenomenon cannot escape the view of academics. Rampant commodities clearly must receive proper criticism.

Unduhan

Diterbitkan

2025-06-29