PERSEPSI SOSIAL GEN Z TERHADAP FENOMENA FLEXING SELEBGRAM DI INSTAGRAM

Penulis

  • Fransisca Ayu Marsheila Universitas Kristen Satya Wacana
  • Emmanuel Satyo Yuwono Universitas Kristen Satya Wacana

Kata Kunci:

Gen Z, Flexing, Selebgram, Media Sosial, Persepsi Sosial

Abstrak

Fenomena flexing di media sosial telah menjadi bagian dari budaya digital yang memengaruhi cara generasi muda memandang citra diri, gaya hidup, dan keberhasilan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi sosial Gen Z terhadap flexing yang dilakukan oleh selebgram di Instagram. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap tiga partisipan berusia 17–25 tahun yang merupakan pengguna aktif Instagram dan mengikuti konten selebgram. Hasil analisis tematik menunjukkan tiga tema utama: (1) pencitraan diri di media sosial, di mana flexing dipersepsikan sebagai upaya membangun citra ideal yang tidak selalu autentik; (2) kecenderungan konsumtif, di mana konten flexing menimbulkan dorongan emosional untuk meniru gaya hidup mewah; dan (3) tekanan sosial dari budaya flexing, di mana media sosial menciptakan standar keberhasilan yang mendorong konformitas dan membebani psikologis pengguna muda. Penelitian ini menegaskan pentingnya kesadaran kritis dan literasi media pada Gen Z untuk menavigasi dinamika sosial digital secara sehat dan reflektif

The phenomenon of flexing on social media has become part of digital culture that influences how young people perceive self-image, lifestyle, and success. This study aims to understand Gen Z's social perception of flexing carried out by influencers on Instagram. Using a qualitative phenomenological approach, data were collected through in-depth interviews with three participants aged 17–25 who are active Instagram users and follow influencer content. Thematic analysis revealed three main themes: (1) self-presentation on social media, where flexing is perceived as an attempt to construct an ideal image that is not always authentic; (2) consumerist tendencies, where flexing content triggers emotional impulses to imitate a luxurious lifestyle; and (3) social pressure from flexing culture, where social media creates success standards that drive conformity and place psychological burdens on young users. This study highlights the importance of critical awareness and media literacy among Gen Z in order to navigate digital social dynamics in a healthy and reflective manner.

Unduhan

Diterbitkan

2025-05-30