MAHASISWA, WHATSAPP, DAN SILENT READER: SEBUAH KAJIAN KRITIS PADA PARTISIPASI DALAM RUANG PUBLIK DIGITAL
Kata Kunci:
Mahasiswa, Whatsapp Group, Silent Reader, Kajian KritisAbstrak
Artikel ini mengkaji perspektif kritis pada perilaku silent reader dalam fitur Whatsapp Group dengan menggunakan teori kritis Habermas. Dalam era digital, WhatsApp Group (WAG) telah menjadi sarana utama komunikasi bagi mahasiswa, baik untuk keperluan akademik, organisasi, maupun komunitas sosial. Penelitian ini penting karena fenomena Silent Reader dalam WhatsApp Group (WAG) Mahasiswa menunjukkan ketidakseimbangan dalam komunikasi digital yang semakin umum terjadi. Teori yang dikemukankan oleh Habermas menekankan pentingnya komunikasi yang bebas, terbuka, dan rasional untuk mencapai pemahaman bersama. Dalam tindakan komunikatif, pembicara dan pendengar seharusnya memiliki posisi setara dan terlibat dalam diskursus rasional melalui argumen yang valid. Namun, realitas menunjukkan bahwa banyak anggota grup komunikasi digital hanya berperan sebagai penerima pasif tanpa memberikan umpan balik atau kontribusi dalam diskusi. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara mendalam kepada 4 informan. Informan yang diwawancarai adalah anggoata WAG Teori Sosiologi Kritis L3 Universitas Sriwijaya. Penelitian ini mengaitkan silent readerĀ dengan distorsi komunikasi dalam WAG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kerap menggunakan WhatsApp Group (WAG) sebagai ruang publik digital untuk berdiskusi dan bertukar informasi, namun fenomena silent reader menunjukkan bahwa komunikasi dalam grup ini tidak selalu berjalan secara deliberatif dan setara sebagaimana yang diidealkan dalam teori rasionalitas komunikatif Habermas. Ketidaksesuaian antara idealitas teori Habermas dan realitas komunikasi digital ini berpotensi memperkuat budaya diam (culture of silence), di mana mahasiswa semakin terbiasa untuk tidak bersuara, baik dalam ruang digital maupun dalam diskusi akademik dan sosial di dunia nyata. Dalam jangka panjang, hal ini dapat melemahkan keterampilan berpikir kritis dan partisipasi mahasiswa dalam berbagai forum publik, yang pada akhirnya menghambat terciptanya ruang komunikasi yang demokratis dan emansipatoris sesuai dengan esensi ruang publik dalam perspektif Habermas.
This article examines a critical perspective on silent reader behavior in the Whatsapp Group feature using Habermas' critical theory. This research is important because the phenomenon of Silent Reader in WhatsApp Group (WAG) shows an imbalance in digital communication that is increasingly common. The theory put forward by Habermas emphasizes the importance of free, open, and rational communication to achieve mutual understanding. In communicative acts, the speaker and the listener are supposed to be on an equal footing and engage in rational discourse through valid arguments. However, reality shows that many members of digital communication groups only act as passive recipients without providing feedback or contributing to discussions. This study uses a qualitative method with data from various literature sources that have correlation with the research topic. The data collection technique is used through literature review to find out silent readers by reviewing the results of previous studies. Literature review studies are used to integrate many kinds of data and information from various scientific articles, journals, and data from trusted institutions. This study correlates silent readers with communication distortions in WAG. The results of the study show that the behavior of silent readers is considered a form of failure in actualizing communicative rationality and preventing the realization of factual and emancipatory communicative actions as idealized by Habermas. Silent reader indicates a unidirectional communication situation in which the reader only receives information passively without engaging in interpretation, discussion, or the search for common meaning.