POLITICAL BRANDING GEMOY-SAMSUL PADA PILPRES 2024: ANALISIS INTERAKSIONALISME SIMBOLIK DI MEDIA MASSA DAN MEDIA SOSIAL
Kata Kunci:
politik branding, pilpres 2024, analisis interaksionalisme simbolikAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis startegi politik branding Samsul Gemoy di pilpres 2024, serta mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan branding politik Samsul Gemoy terhadap hasil pemilu 2024. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik analisa konten pada media sosial untuk menyelidiki secara deskriptif terkait studi komunikasi politik melalui political branding Gemoy Samsul khas Prabowo - Gibran. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman pertarungan politik yang telah di lalui Prabowo dengan kekalahan dalam tiga edisi pilpres sebelumnya menjadi sebuah pelajaran politik. Dimana pada edisi-edisi kekalahan tersebut Prabowo sangat lekat dan identik dengan branding politik militer patriotik. Hal ini didukung dengan penggunaan atribut yang khas militer. Hal yang berbeda kemudian ditawarkan Prabowo pada Pilpres 2024, dengan melakukan branding politik yang begitu kontras dengan gambaran Gemoy. Hal ini tidak terlepas dari pembacaan politik, bahwa pemilih muda pada pemilu 2024 sangat dominan menyentuh angka 52% dalam DPT. Sehingga, pemilihan Gibran sebagai Cawapres dengan jargon samsulnya merupakan bagian grand desain branding politik yang lebih besar untuk menyasar pemilih muda. Penggunaan dan pemilihan warna biru langit sebagai pakai resmi paslon, penggunaan bahasa komunikasi politik yang tidak baku seperti omon-omon ataupu sorry yee pemaksimalan AI dan media sosial serta penggunaan goyang gemoy dalam strategi politikal branding berdampak kepada keterpilihan pasangan ini pada pilpres 2024 serta membawa dampak electoral terhadap peningkatan kursi partai politik pengusung Prabowo-Gibran.