ANALISIS PENJAMU DAN LINGKUNGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO DBD DI KABUPATEN PEKALONGAN: STUDI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Kata Kunci:
DBD, Kepadatan Penduduk, Curah Hujan, ABJAbstrak
Demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan di beberapa negara berkembang yang diperkirakan sudah menjadi penyakit endemis di 100 negara. Nilai IR DBD di Indonesia tahun 2023 sampai minggu ke-40 dilaporkan sebesar 25,10 per 100.000 penduduk. Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami KLB DBD pada tahun 2022. Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan mencatat sebanyak 159 kasus terjadi pada tahun 2021 menjadi 625 kasus pada tahun 2022 yang menunjukkan adanya peningkatan kasus DBD yang sangat signifikan dan disebut dengan KLB DBD. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis penjamu dan lingkungan sebagai faktor risiko DBD di Kabupaten Pekalongan dengan studi sistem informasi geografis (SIG). Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dan rancangan penelitian studi ekologi dengan analisis spasial dan bivariat pada variabel lingkungan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling sebanyak 3 wilayah kecamatan berdasarkan letak geografisnya. Hasil penelitian berdasarkan analisis spasial menunjukkan bahwa karakteristik DBD berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kabupaten Pekalongan tahun 2023 kasus tertinggi terjadi pada usia 5-14 tahun sebanyak 43 kasus atau 35% dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 71 kasus atau 58%. Kepadatan penduduk dan curah hujan di 3 wilayah kecamatan tidak berkaitan dengan tingginya sebaran kasus DBD di wilayah tersebut, sedangkan ABJ memiliki kaitan yang erat dengan sebaran kasus DBD di wilayah tersebut. Secara statistik, faktor risiko yang berhubungan signifikan dengan kasus DBD adalah ABJ (p=0,005), sedangkan curah hujan (p=0,399) dan kepadatan penduduk (p=0,783) tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Kesimpulan dari peneltian ini adalah kasus DBD tertinggi terjadi pada usia 5-14 tahun dan jenis kelamin laki-laki, variabel curah hujan dan kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan dengan kasus DBD, sedangkan ABJ terdapat hubungan yang signifikan dengan kasus DBD.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still one of the health problems in several developing countries, which is estimated to have become an endemic disease in 100 countries. The IR value of DHF in Indonesia in 2023 until the 40th week was reported at 25.10 per 100,000 population. Pekalongan District is one of the districts in Central Java that experienced a DHF outbreak in 2022. The Pekalongan District Health Office recorded that 159 cases occurred in 2021 to 625 cases in 2022, indicating a very significant increase in DHF cases and is called a DHF outbreak. The purpose of this study is to analyze the host and environment as risk factors for DHF in Pekalongan Regency with a geographic information system (GIS) study. This research is a descriptive research and ecological study research design with spatial and bivariate analysis on environmental variables to determine the relationship between variables. The sampling technique used stratified random sampling technique as many as 3 sub-district areas based on their geographical location. The results of the study based on spatial analysis showed that the characteristics of DHF based on age and gender in Pekalongan Regency in 2023 the highest cases occurred at the age of 5-14 years as many as 43 cases or 35% with male gender as many as 71 cases or 58%. Population density and rainfall in 3 sub-districts were not associated with the high distribution of DHF cases in the area, while ABJ was closely related to the distribution of DHF cases in the area. Statistically, the risk factor that was significantly associated with DHF cases was ABJ (p=0.005), while rainfall (p=0.399) and population density (p=0.783) had no significant association. The conclusion of this study is that the highest number of DHF cases occurred in the age of 5-14 years and male gender, rainfall and population density variables had no association with DHF cases, while ABJ had a significant association with DHF cases.