ANALISIS PERBANDINGAN IMPLEMENTASI SURVEILANS DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KUSUMA BANGSA DAN PUSKESMAS JENGGOT
Kata Kunci:
Implementasi, Surveilans PTM Diabetes Melitus, Input, Proses, Output, Faktor RisikoAbstrak
Latar Belakang: Kasus DM di Kota Pekalongan tahun 2021 hingga juni 2023 menempati urutan ke- 2 setelah penyakit hipertensi. Prevelensi tertinggi penderita berada di Puskesmas Kusuma Bangsa dengan jumlah 749 kasus, sedangkan penderita terendah berada di Puskesmas Jenggot dengan jumlah 267 kasus. Salah satu program pemerintah untuk memberantas kasus diabetes mellitus dengan melalui kegiatan surveilans PTM yang bertujuan untuk memantau kemajuan kegiatan penanggulangan DM. Tujuan penelitian: untuk menganalisis faktor risiko kejadian diabetes melitus di Puskesmas Kusuma Bangsa dan Puskesmas Jenggot yang mempengaruhi jumlah temuan kasus dan membandingkan implementasi surveilans diabetes melitus berdasarkan variabel input, proses, dan output. Metode penelitian: kualitatif deskriptif dengan Responden: petugas surveilans, kepala puskesmas, dan penderita diabetes di masing-masing puskesmas. Hasil penelitian: faktor risiko kejadian diabetes melitus di Puskesmas Kusuma Bangsa dipengaruhi oleh risiko genetik dan kebiasaan merokok serta pola makan yang kurang, sedangkan di Puskesmas Jenggot kejadian kasus disebabakan oleh kurangnya aktivitas fisik dan manajemen stress. Implementasi surveilans PTM diabetes melitus berdasarkan variabel input kedua puskesmas belum memiliki tim khusus serta tidak ada biaya khusus untuk program surveilans, berdasarkan variabel proses data yang diperoleh kedua puskesmas sama, namun keragaman sumber data Puskesmas Kusuma Bangsa lebih baik dibandingan Jenggot, berdasarkan variabel output penyebarluaasan dan umpan balik puskesmas Jenggot lebih baik daripada Puskesmas Kusuma Bangsa. Kesimpulan: implementasi surveilans PTM diabetes melitus di kedua puskesmas memiliki perbedaan pada tahap input, proses, dan output. Salah satu faktor risiko penyebab tinggi rendahnya temuan kasus dipengaruhi oleh besarnya wilayah kerja serta faktor risikon kerjadian yang berbeda di kedua puskesmas.