EMOSI SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ) ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA KELUARGA MUSLIM PATRIARKI

Abstrak

Kekerasan dalam rumah tangga semakin marak terjadi di Indonesia, terindikasi bahwa kdrt berasal dari keluarga muslim patriarki. Keluarga menjadi figure utama yang dilihat dan ditirukan oleh anak-anak, namun jika dalam lingkungan keluarga diisi dengan kdrt, maka figure keluarga yang diagungkan oleh anak-anak dapat menyebabkan kebencian. Kdrt menyebabkan instabilitas pada emosional spiritual quotient anak . Permasalahan utama dalam penelitian yaitu: pertama, faktor penyebab terjadinya kdrt pada keluarga muslim patriarki? Kedua, dampak instabilitas kdrt pada emosional spiritual quotient anak?. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan sumber-sumber data yang empiris.. Penelitian dilaksanakan kurun waktu 2 minggu, dari observasi 3 informan. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa: pertama, terjadinya kdrt pada keluarga muslim patriarki disebabkan oleh faktor keturunan dari keluarga sebelumnya yang juga melakukan kdrt. Kedua, setiap informan mempunyai respons masing-masing dari korban kdrt yang tidak bisa disamakan, namun faktor terjadinya instabilitas emosional spiritual quotient anak disebabkan oleh hilangnya perasaan saling terhubung antar anggota keluarga. Dapat disimpulkan bahwa pentingnya regulasi emosi dan kesadaran untuk berdamai dengan keluarga muslim patriarki di masa lalu, supaya tidak memberikan toxic relationship pada keluarga atau generasi berikutnya, dan tidak berdampak pada instabilitas emosional spiritual quotient anak.

Domestic violence is increasingly common in Indonesia, with indications that domestic violence comes from patriarchal Muslim families. The family is the main figure that children see and imitate, but if the family environment is filled with domestic violence, then the family figure that is glorified by children can cause hatred. Domestic violence causes instability in the child's emotional spiritual quotient. The main problems in the research are: first, what factors cause domestic violence in patriarchal Muslim families? Second, the impact of domestic violence instability on children's emotional spiritual quotient? In this case the researcher used a qualitative descriptive method by collecting data through observation, interviews and empirical data sources. The research was carried out over a period of 2 weeks, from observations of 3 informants. The research results describe that: first, the occurrence of domestic violence in patriarchal Muslim families is caused by hereditary factors from previous families who also committed domestic violence. Second, each informant has their own response from domestic violence victims which cannot be the same, but the factor in the occurrence of emotional instability in children's spiritual quotient is caused by the loss of feelings of connection between family members. It can be concluded that the importance of emotional regulation and awareness is to make peace with the patriarchal Muslim family in the past, so as not to give a toxic relationship to the family or the next generation, and not have an impact on the emotional instability of the child's spiritual quotient.