MENGANALISIS DAN MENGKRITIK ARSITEKTUR DENGAN NUANSA RELIGIUS PADA BANGUNAN MASJID NAMIRA LAMONGAN

Abstrak

Masjid Namira Lamongan terletak di Jl. Raya Mantup No.KM. 5, Sanur, Jotosanur, Kec. Tikung, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Yang memiliki Menara menjulang tinggi dan memiliki kubah emas diatasnya, yang didirikan pada tahun 2012, yang memiliki karakteristik teras berbentuk kubus, dan memiliki halaman luas didepannya, Nama Namira sendiri diambil dari anak keempat pendirinya, suami-istri pengusaha di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Masjid Namira sendiri mulanya hanya berkapasitas 500 jemaah. Tahun 2013 masjid ini diperluas secara bertahap hingga mampu menampung 3 ribu jemaah. Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”, Sejalan dengan kritik menurut Kritik( Kwant, 1975: 19) merupakan penilaian terhadap kenyataan yang kita hadapi dalam sorotan norma . Konsep itu menunjukkan bahwa di dalam kritik harus ada norma-norma tertentu yang berfungsi sebagai dasar penilaian atau pembahasan terhadap sesuatu yang kita hadapi. Untuk metode kritik yang digunakan sendiri yaitu: . Kritik Normatif, Kritik Interpretatif, dan Kritik Deskriptif. Memberikan pemahaman mengenai masjid Namira secara detail, mulai dari eksterior dan interior, dan membuat evaluasi mengenai apa saja kritik yang disampaikan kepada masjid Namira ini, dan Merekomendasi yang bisa diberikan untuk pengembangan bangunan yang perlu diperhatikan dimasa depan, atau juga bisa menjadi bahan kajian untuk penelitian untuk mahasiswa arsitektur yang bertema tentang Masjid Namira Lamongan.