SISTEM PERIODIK SANAD DALAM HADIS

Abstrak

Kajian hadis dalam khazanah keilmuan islam memiliki posisi sentral sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri periodisasi perkembangan hadis, peran sahabat dalam transmisi dan kodifikasi hadis, serta kontribusi metodologis ilmu hadis terhadap historiografi islam. Transmisi hadis telah berlangsung sejak masa Nabi SAW melalui hafalan dan catatan pribadi para sahabat, kemudian berkembang menjadi sistem sanad yang ketat pada masa tabi’in dan atba’ al-tabi’in. Tradisi tadwin (pencatatan dan kodifikasi) hadis, sebagaimana diuraikan oleh Saifuddin, menjadi tonggak penting dalam pembentukan historiografi islam karena memperkenalkan metode kritik sanad dan matan yang berfungsi menjaga otentitas informasi Sejarah islam. Sejarah perkembangan hadis menunjukkan tujuh fase utama sebagaimana dikemukakan Hasbi Ash-Shiddieqy, mulai dari masa pewahyuan hingga masa syarah dan takhrij hadis. Selain itu, keberadaan sanad memiliki fungsi epistomologis yang membedakan hadis dari tradisi keilmuan lain, menjadikannya sistem transmisi ilmu yang metodologis dan dapat diverifikasi. Dalam pendidikan tinggi islam, pemahaman kompherensif terhadap ulumul hadis menjadi landasan penting dalam pelestarian autentitas hadis sekaligus pengembangan metodologi penelitian islam modern. Dengan demikian, studi dari Sejarah transmisi wahyu, tetapi juga cikal bakal metodologi ilmiah dalam peradaban islam.

The study of hadith in Islamic scholarship holds a central position as the second source of law after the Qur'an. This study aims to trace the periodic development of hadith, the role of the Companions in the transmission and codification of hadith, and the methodological contribution of hadith science to Islamic historiography. The transmission of hadith has been ongoing since the time of the Prophet Muhammad (peace be upon him) through memorization and personal notes of the Companions, then developed into a strict sanad system during the period of the Tabi'in and Atba' al-Tabi'in. The tradition of tadwin (recording and codification) of hadith, as described by Saifuddin, became an important milestone in the formation of Islamic historiography because it introduced the critical methods of sanad and matan (authenticity), which serve to maintain the authenticity of Islamic historical information. The history of hadith development shows seven main phases, as proposed by Hasbi Ash-Shiddieqy, from the period of revelation to the period of the commentary and interpretation of hadith. Furthermore, the existence of sanad has an epistemological function that distinguishes hadith from other scholarly traditions, making it a methodologically sound and verifiable system of knowledge transmission. In Islamic higher education, a comprehensive understanding of the scholars of hadith is a crucial foundation for preserving the authenticity of hadith and developing modern Islamic research methodology. Thus, the study of the history of the transmission of revelation is not only a precursor to scientific methodology in Islamic civilization.