HUTAN ADAT TUKAK SEBAGAI RUANG HIDUP DAN EKSISTENSI IDENTITAS MASYARAKAT MARAS

Abstrak

Hutan Adat Tukak adalah salah satu hutan yang terletak di Desa Pangkal Niur, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, dan berperan penting dalam menjaga dan membentuk identitas masyrakat maras. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana Hutan Adat Tukak berfungsi sebagai ruang hidup yang menyatukan berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan ekologi masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Melalui observasi, wawancara, dan pengumpulan data, Temuan penelitian menunjukkan bahwa hutan adat Tukak ini bukan hanya menjadi sumber kehidupan melalui hasil hutan non-kayu seperti madu kelulut dan madu pelawan, tetapi juga berfungsi sebagai ruang sosial yang memperkuat nilai gotong royong, solidaritas, dan identitas budaya masyarakat. Prinsip kearifan lokal, seperti larangan untuk menebang pohon sembarangan dan hidup selaras dengan alam, menjadi dasar moral yang menjaga keseimbangan ekosistem dan ketertiban sosial. Namun, keberadaan Hutan Adat Tukak menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan dari perluasan industri, kurangnya pengakuan secara hukum, dan perubahan sosial yang mengikis nilai-nilai tradisional. Oleh sebab itu, sangat penting untuk membangun kerjasama antara masyarakat adat, pemerintah, dan akademisi dalam upaya melindungi keberlangsungan hutan sebagai simbol identitas dan kelestarian hidup masyarakat Maras.

The Tukak Customary Forest is a forest located in Pangkal Niur Village, Riau Silip District, Bangka Regency, and plays a vital role in maintaining and shaping the identity of the Maras community. This study aims to explore how the Tukak Customary Forest functions as a living space that unites various social, cultural, economic, and ecological aspects of the local community. The method used in this study is descriptive qualitative. Through observation, interviews, and data collection, the research findings show that the Tukak Customary Forest is not only a source of livelihood through non-timber forest products such as stingless bee honey and pelawan honey, but also functions as a social space that strengthens the values of mutual cooperation, solidarity, and the community's cultural identity. The principles of local wisdom, such as the prohibition on indiscriminate logging and living in harmony with nature, serve as a moral basis that maintains ecosystem balance and social order. However, the existence of the Tukak Customary Forest faces various challenges, including pressure from industrial expansion, lack of legal recognition, and social changes that erode traditional values. Therefore, it is very important to build cooperation between indigenous communities, the government, and academics in an effort to protect the sustainability of the forest as a symbol of identity and the sustainability of the lives of the Maras people.