TELAAH KRITIS TERHADAP POSITIVISME SEBAGAI TANTANGAN KONSEPTUAL BAGI PENGEMBANGAN ILMU FILSAFAT
Kata Kunci:
Ilmu Pengetahuan, Aliran Positivisme, FilsafatAbstrak
Artikel ini betujuan untuk memberikan penjelasan dan telaah kritis terhadap aliran posistivisme yang berkembang pada abad ke 19 dan tantangannya bagi filsafat. Pada masa itu, positivisme berkembang sangat besar melalui bantuan dari para filsuf besar khususnya Auguste Comte. Melalui metode studi kepustakaan, penelitian ini menemukan bahwa positivisme selalu menekankan pengalaman langsung manusia dalam memperoleh pengetahuan dengan mengandalkan kemampuan panca indera sebagai pisau analisis untuk menemukan inti dari pengetahuan tersebut. Meskipun demikian kehadiran positivisme telah mendatangkan tantangan tersendiri bagi rumpun ilmu yang lain termasuk filsafat. Hal ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa dalam proses pencarian ilmu pengetahuan, filsafat hanya mengandalkan kemampuan menganalisis, dan mendeskripsikan sesuatu dengan bantuan akal budi tanpa harus melakukan pengamatan secara langsung dalam dunia yang lebih luas. Atas dasar ini, positivisme menolak kehadiran filsafat sebab tidak memiliki pendasaran ilmiah yang sah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, terdapat tiga tantangan utama yang dialami oleh filsafat setelah berkembangnya aliran positivisme. Ketiga tantangan tersebut yakni; pertama, filsafat mengalami ruang berpikir filosofis yang sempit. Kedua, nilai dan etika tidak bisa menjadi patokan untuk memperoleh pengetahuan, sebab menurut positivisme kedua hal ini hanya berkaitan dengan agama dan pribadi yang Transenden. Ketiga, metafisiska sebagai salah satu cabang ilmu filsafat tidak relevan untuk dijadikan sebagai sumber pengetahuan karena hanya berpatokan pada imajinasi tanpa sebuah penelitian yang sah.
This article aims to provide an explanation and critical review of the positivist movement that developed in the 19th century and its challenges to philosophy. At that time, positivism grew significantly with the help of major philosophers, especially Auguste Comte. Through a literature study method, this research finds that positivism consistently emphasizes the direct human experience as a means of gaining knowledge, relying on the senses as analytical tools to discover the essence of that knowledge. Nevertheless, the presence of positivism has brought its own challenges to other branches of knowledge, including philosophy. This is based on the understanding that in the process of searching for knowledge, philosophy relies only on the ability to analyze and describe something using reason, without necessarily conducting direct observation of the broader world. On this basis, positivism rejects the presence of philosophy because it lacks a valid scientific grounding. This research found that there are three main challenges faced by philosophy after the development of positivism. These three challenges are: first, philosophy experiences a narrowing of the philosophical thinking space. Second, values and ethics cannot be used as standards for obtaining knowledge because, according to positivism, these two aspects are primarily associated with religion and the transcendent realm. Third, metaphysics, as one of the branches of philosophy, is considered irrelevant as a source of knowledge because it relies only on imagination without valid research.




