EKSPLORASI STUDI BAGAIMANA KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008/2009 MEMBAWA IMPLIKASI PADA MANDAT DAN KEBIJAKAN TERHADAP KELEMBAGAAN BANK SENTRAL
Kata Kunci:
Krisis Keuangan Global, Bank Sentral, Mandat, Makroprudensial, Kelembagaan, IndonesiaAbstrak
Krisis keuangan global 2008/2009 merupakan salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah ekonomi modern. Krisis yang bermuula dari keruntuhan pasar perumahan di Amerika Serikat dengan cepat menjalar ke seluruh dunia, memicu kepanikan pasar, kebangkrutan lembaga keuangan besar, serta kontraksi ekonomi global. Dampak krisis tidak hanya terasa pada negara maju, tetapi juga pada negara berkembang termasuk Indonesia yang menghadapi pelemahan rupiah, turunnya cadangan devisa serta penurunan kepercayaan investor asing. Artikel ini bertujuan mengeksplorasi implikasi krisis tersebut terhadap mandat, kebijakan, dan kelembagaan Bank Sentral dengan menekankan pengalaman Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan menganalisis 22 jurnal nasional, laporan resmi Bank Indonesia, dokumen IMF, BIS, Word Bank, serta literatur teori kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis memicu pergeseran mandat Bank Sentral dari fokus tunggal pada inflasi menuju stabilitas sistem keuangan, memperkuat instrumen makroprudensial, serta mendorong lahirnya reformasi kelembagaan, seperti pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penguatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan pelembagaan koordinasi antar-otoritas melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Pembahasan menekankan relevansi teori kelembagaan North, hipotesis instabilitas keuangan Minsky, serta teori time inconsistency Kydland & Prescott. Artikel ini menyimpulkan bahwa krisis keuangan global merupakan critical juncture yang membentuk paradigma baru bank sentral: dari inflation targeter menjadi guardian of financial stability.




