PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI RUMAH TANGGA DI JORONG BATU HAMPAR NAGARI MANGGOPOH KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Abstrak

Latar belakang penelitian menunjukkan bahwa konsumsi merupakan kegiatan dasar dalam perekonomian yang mencerminkan kondisi sosial ekonomi seseorang, di mana semakin tinggi tingkat konsumsi, semakin tinggi pula kondisi perekonomiannya. Pendapatan memiliki pengaruh besar terhadap perilaku konsumsi, karena pendapatan adalah faktor utama yang menentukan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan hidup. Fenomena yang ditemukan di Jorong Batu Hampar adalah pendapatan masyarakat yang tidak konsisten atau tidak stabil, sehingga rata-rata pendapatan yang diterima belum mencukupi untuk konsumsi rumah tangga, dan pola pengeluaran konsumsi belum sesuai dengan prinsip kesederhanaan dalam Islam. Hal ini menjadi masalah mengingat konsumsi berlebihan dapat berujung pada pemborosan yang dilarang dalam Islam. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis dampak pendapatan terhadap konsumsi makanan, serta sejauh mana pendapatan mempengaruhi konsumsi makanan di lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan metodologi survei, dengan data yang dikumpulkan dari kuesioner yang diisi oleh 92 warga Jorong Batu Hampar. Data yang digunakan untuk primer berasal langsung dari sisik ikan dan moluska, sedangkan data yang digunakan untuk dipstick berasal dari sumber lain. Populasi penelitian terdiri dari 68,5% laki-laki dan 31,5% perempuan, dengan rentang usia yang luas (41-50), tingkat pendidikan (banyak SMA), dan latar belakang pekerjaan (petani/pekebun, PNS, pedagang, wiraswasta, buruh tani, dll.). Mayoritas responden (31,5%), sementara 29,3%, memiliki pendapatan bulanan berkisar antara Rp1.500.000 hingga Rp2.500.000, katanya. Sebagai hasil dari nilai r-hitung yang lebih besar dari nilai r-tabel (0,205), uji validitas menyimpulkan bahwa semua 20 pertanyaan valid. Uji reliabilitas mengungkapkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,762 untuk variabel respons (X), yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,60. Analisis menunjukkan bahwa hasil ini memiliki efek positif dan signifikan terhadap konsumsi daging sapi di Jorong Batu Hampar. Ini didukung oleh nilai-p yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,000 < 0,05, dan nilai-t yang lebih besar dari nilai-t tabel, 7,006 > 1,666. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa pendapatan memiliki pengaruh sebesar 35,3 persen terhadap konsumsi buah di Jorong Batu Hampar Nagari Manggopoh, sementara 64,7 persen pengaruh sisanya berasal dari variabel yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. Pertumbuhan sektor ini sejalan dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan konsumsi berkorelasi langsung dengan tingkat pendapatan rumah tangga.

An individual's level of consumption is a barometer of their socioeconomic status; the study's theoretical foundations suggest that higher consumption levels indicate better economic conditions. Since income is the primary determinant of spending on necessities of life, it stands to reason that it would have a substantial impact on consumer behavior. Inconsistent or unstable community income is a problem in Jorong Batu Hampar; as a result, average household income is insufficient for consumption, and spending habits go against the Islamic principle of simplicity. Because Islam forbids wastefulness, which can result from excessive consumption, this is an issue. The primary objectives of this research are to(1) identify the presence or absence of an income effect on household consumption and(2) assess the magnitude of this effect in the sample population. Questionnaires were distributed to 92 residents of Jorong Batu Hampar as part of this quantitative study's survey methodology. Interviews and questionnaires provided the primary data, while other sources provided the secondary data. Among the research participants were men (31.5%) and women (68.5%), representing a wide range of ages (41-50), educational backgrounds (mostly high school), and occupations (farmers/planters, civil servants, traders, self-employed, and farm laborers, among others). A monthly income of less than Rp1,500,000 was reported by 31.5% of respondents, while 29.3% reported an income ranging from Rp1,500,000 to Rp2,500,000. Due to the calculated r-value > r-table (0.205), all twenty question items (10 for income and 10 for consumption) were deemed valid according to the validity test results. For the income variable (X), the reliability test revealed a Cronbach's Alpha value of 0.762, indicating that the research instrument is reliable since the value is greater than 0.60. According to the data, household consumption in Jorong Batu Hampar is positively and significantly impacted by income. The fact that the computed t-value (7.006 > 1.666) is higher than the t-table value (1.666) and that the significance level (0.000 < 0.05) proves this. According to the coefficient of determination test, income accounts for 35.3% of the variance in household consumption in Jorong Batu Hampar, Nagari Manggopoh, while other variables account for the remaining 64.7%. According to Keynes's theory, there is a direct correlation between household consumption expenditure and disposable income levels. This finding is in line with that theory.