TRADISI HAMIS BATAR NO HATAMA MANAIK (SYUKUR ATAS PANEN JAGUNG ) DI DESA KAMANASA KECAMATAN MALAKA TENGAH KABUPATEN MALAKA ( PROSES MAKNA DAN PELEMBAGAAN)
Kata Kunci:
Tradisi, Hamis Batar, Panen Jagung, Makna Simbolik, InstitusionalisasiAbstrak
Tradisi Hamis Batar No Hatama Manaik merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka atas hasil panen jagung. Tradisi ini tidak hanya sekadar upacara ritual, tetapi mengandung makna mendalam mengenai hubungan manusia dengan alam, leluhur, serta nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi, makna simbolik yang terkandung, serta bagaimana tradisi ini dilembagakan dalam kehidupan sosial masyarakat. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hamis Batar No Hatama Manaik merupakan bentuk pelestarian nilai budaya lokal yang memperkuat identitas masyarakat Kamanasa sekaligus menjaga harmonisasi antara manusia, alam, dan spiritualitas leluhur.
The Hamis Batar No Hatama Manaik tradition is a form of gratitude expressed by the people of Kamanasa Village, Central Malaka Subdistrict, Malaka Regency for the corn harvest. This tradition is not merely a ritual ceremony but holds deep meanings regarding the relationship between humans and nature, ancestors, and the values of togetherness and spirituality. This study aims to describe the implementation process of the tradition, its symbolic meanings, and how it is institutionalized within the community's social life. A descriptive qualitative method with an ethnographic approach was employed. The results reveal that Hamis Batar No Hatama Manaik is a form of preserving local cultural values that strengthen the identity of the Kamanasa people while maintaining harmony between humans, nature, and ancestral spirituality.