KAJIAN KRISIS AD-DAKHIL DARI JALUR BAHAIYAH DAN QADIYANIYAH

Abstrak

Dalam menafsirkan Al-Qur'an, seorang penafsir sering kali dipengaruhi oleh prapemahaman, latar belakang keilmuan, dan ideologinya sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan dalam membaca Al-Qur'an secara objektif, sehingga pesan-pesan universalnya tidak tersampaikan dengan baik. Keadaan ini semakin memprihatinkan ketika dalam kitab-kitab tafsir ditemukan sejumlah sumber data tafsir yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, seperti yang dilakukan oleh salah satu mazhab Islam yang bernama Qadiyaniyah. Ad-Dakhil fi al-Isyarah merupakan suatu proses penafsiran di mana seorang penafsir memahami suatu frasa atau ayat hanya melalui sisi esoterisnya saja, tanpa memperhatikan sisi eksoteris atau syariatnya. Contoh dari ad-Dakhil fi al-Isyarah adalah tafsir esoteris yang dilakukan oleh mazhab Bahaiyah, demikian pula dengan tafsir beberapa kelompok sufi yang tidak memperhatikan makna eksoteris ayat tersebut. Dalam hal penafsiran Al-Qur'an, metode yang digunakan oleh aliran Bahaiyah sama dengan metode yang digunakan oleh aliran Batiniyah, yaitu lebih mengutamakan makna esoteris (batin) daripada makna lahiriah (eksoteris) ayat-ayat Al-Qur'an. Metode ini mereka gunakan untuk membenarkan ajaran dan dogma mazhabnya, bukan untuk mencari kebenaran dan ajaran Al-Qur'an yang universal. Oleh karena itu, parameter kritik terhadap penafsiran ini sama dengan parameter kritik terhadap penafsiran aliran Batiniyah.

In interpreting the Qur'an, an interpreter is often influenced by his own pre-understanding, scientific background, and ideology. This can result in an inability to read the Qur'an objectively, so that its universal messages are not conveyed properly. This situation is even more concerning when in the books of interpretation, a number of sources of interpretation data are found whose validity cannot be accounted for, such as that carried out by an Islamic sect called Qadiyaniyah. Ad-Dakhil fi al-Isyarah is a process of interpretation in which an interpreter understands a phrase or verse only through its esoteric side, without paying attention to its exoteric or sharia aspects. An example of ad-Dakhil fi al-Isyarah is the esoteric interpretation carried out by the Bahaiyah sect, as well as the interpretation of several Sufi groups that do not pay attention to the exoteric meaning of the verse. In terms of interpreting the Qur'an, the method used by the Bahaiyah sect is similar to that of the Batiniyah, where they prioritize the esoteric (inner) meaning over the external (exoteric) meaning of the verses. They use this method to justify the teachings and dogmas of their school of thought, not to seek the truth and universal teachings of the Qur'an. Therefore, the parameters for criticism of this interpretation are the same as the parameters for criticism of the Batiniyah interpretation.