PENGARUH FAKTOR EKONOMI SEBAGAI ENABLER DAN SERUAN BOIKOT BERBASIS RELIGIUSITAS TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN MUSLIM: STUDI KASUS MAHASISWA FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
Kata Kunci:
Preferensi Konsumen Muslim, Boikot Produk Israel, Faktor EkonomiAbstrak
Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor ekonomi (X1) dan seruan boikot produk Israel (X2) terhadap preferensi konsumen Muslim (Y) di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indragiri (UNISI). Tujuan utama penelitian adalah untuk menguji signifikansi parsial dan simultan dari kedua variabel independen terhadap variabel dependen. Metode kuantitatif diterapkan dengan pendekatan regresi linear berganda, menggunakan kuesioner skala Likert pada 69 responden yang dipilih melalui metode incidental sampling. Data dianalisis dengan bantuan perangkat lunak SPSS 25, meliputi uji validitas, reliabilitas, uji t parsial, uji F simultan, dan koefisien determinasi (R^2).Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, faktor ekonomi (X1) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap preferensi konsumen Muslim (Y), dengan nilai t hitung = 1,785 dan sig. = 0,079 > 0,05. Sebaliknya, seruan boikot produk Israel (X2) terbukti memiliki pengaruh yang sangat signifikan dan dominan, dengan nilai t hitung = 6,537 dan sig. = 0,000 < 0,05. Pengujian simultan (uji F) mengonfirmasi bahwa kedua variabel secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap preferensi konsumen Muslim, dengan nilai F hitung = 49,551 dan sig. = 0,000 < 0,05. Model regresi ini mampu menjelaskan 60,0% variasi preferensi konsumen, sebagaimana ditunjukkan oleh koefisien determinasi (R^2) sebesar 0,600. Temuan ini mengindikasikan bahwa motivasi religius-etis, yang didasarkan pada prinsip fardhu kifayah (kewajiban kolektif) dan amanah (tanggung jawab), adalah pendorong utama di balik keputusan konsumsi, jauh lebih kuat daripada pertimbangan ekonomi konvensional seperti harga dan ketersediaan. Faktor ekonomi, khususnya tingkat pendapatan dan daya beli, berperan lebih sebagai enabler teknis yang memungkinkan partisipasi dalam boikot, bukan sebagai pemicu utama.